Monday, March 14, 2011

KETIKA CINTA BERTASBIH - (14) Hari Yang Menegangkan

Ni tak sempat nk edit pebenda... Ada masa je aku publish... Pandai2 koranglah ye... Mana yg tak betul ejaan harap beno dimaapkan...

MATAHARI pagi mulai menyinari bumi Kinanah. Sinarnya hangat, sehangat celoteh anak anak Mesir yang keluar dari rumahnya untuk berangkat ke sekolah. Di rumah Azzam suasana tegang belum hilang. Fadhil belum juga sedar sampai jam enam pagi.

"Bagaimana ini Kang?" tanya Nanang cemas.

Azzam berfikir sebentar. Memang dia yang harus memutuskan. Sebab ia yang paling tua di rumah itu.

"Kita bawa ke hospital. Kau cari teksi sana sama Ali. Fadhil biar aku yang tunggu!" kata Azzam.

"Baik Kang."

Nanang dan Ali lalu keluar untuk mencari teksi. Lima belas minit kemudian mereka kembali dengan membawa teksi. Pagi itu juga Fadhil mereka bawa ke Mustasyfa Rab'ah El Adawea. Doktor yang memeriksa mengatakan, fadhil harus dirawat di hospital.

Pagi itu menjadi pagi yang sangat sibuk bagi Azzam. Ia teringat bahawa ia harus menyelesaikan pekerjaan pekerjaannya. Rendaman kacang soya yang harus ia olah jadi tempe. Tempe tempe yang sudah jadi yang harus ia agihkan. Kemudian acara di Sekolah Indonesia cairo (SIC) yang memesan bakso padanya. Jam sebelas ia dan baksonya harus siap di SIC. Jika tidak ia akan dimarahi ramai orang.

Ia merasa perlu membahagikan tugas dan pekerjaan. yang boleh dilakukan orang lain biar dilakukan orang lain. Sementara ia akan menangani yang hanya boleh ia tangani. Ia bertindak segera. Ia meminta Ali menjaga Fadhil. Nanang ia minta menghubungi KMA (Keluarga Mahasiswa Aceh), juga adik perempuannya yang tinggal di Makram Abied. Sementara ia sendiri harus segera kembali ke rumah untuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Aku kembali ke sini selepas Zohor, insya Allah. habis dari KMA, kau terus balik ke sini ya Nang?" kata Azzam.

Nanang mengangguk.

"Nasir bagaimana Kang?" Tanya Ali.

"Biar aku yang mengurus. baik, aku tinggal dulu." Jawab Azzam.

Sampai di rumah, Azzam terus menghubungi Anam, Yayan dan Rio. Tiga orang yang selama ini ikut mengedar tempe tempenya. Agar mudah Azzam membahagi wilayah operasi mereka. Tugas mereka sebenarnya menjadi mudah, kerana hanya menghantar ke rumah rumah para pelanggan yang telah dirintis Azzam. Namun mereka juga diberi kebebasan mencari pelanggan baru di wilayahnya masing masing. Manakala Anam, Azzam memberi kepercayaannya beroperasi di Abdul Rasul, Rab'ah, Haidar Tuni. Sedangkan Yayan, beroperasi di Masakin Ustman, Hay Zuhur dan Hay Sabe'. Adapun Rio beroperasi di Katamea.

Tiga mahasiswa itu terus datang. Azzam meminta mereka segera mengedar tempe tempe yang telah jadi ke wilayah masing masing, kecuali Rio.

"Sementara Rio, kau membantuku membuat tempe saja." Ujar Azzam pada Rio. Rio pun mengangguk setuju. Azzam terus memberi petunjuk pada Rio. Pertama ia minta Rio merebus kacang soya yang direndam sampai matang.

"Tanda kacang soyanya sudah masak, jika wapnya sudah berbau kacang soya," jelas Azzam pada Rio. "Jika sudah masak, tapiskan sampai dingin. baru diletakkan raginya," lanjut Azzam.

"Raginya sebanyak mana Kang?" tanya Rio.

"Jangan banyak banyak. Ini ragi keras. Begini saja." jawab Azzam sambil memberi contoh sukatan ragi dengan mengambil ragi dengan tangannya.

"Baru setelah itu dibungkus dengan plastik itu. Ukurannya seperti bias," terang Azzam. Untuk membuat tempe, Azzam hanya boleh percaya pada Rio. Anak dari Tuban itulah yang paling sering membantunya membungkus tempe. Dan hasil bungkusannya kemas dan rapi.

Setelah semuanya ia rasa beres, ia menyiapkan segala keperluannya untuk membuat bakso. Semua barang dan alat yang ia perlukan, ia masukkan ke dalam periuk besar. Lalu ia memanggil teksi. Dengan teksi ia membawa periuk besar itu menuju SIC yang letaknya cukup jauh dari rumahnya. Dalam perjalanan, ingatannya tertuju pada fadhil yang saat ia tinggalkan masih pengsan. Ia berharap tidak terjadi apa apa dengannya.


******

Pukul lapan Furqan baru terbangun. Ia sangat terkejut. Bagaimana boleh terjadi? Seharusnya ia bangun pukul empat. Bagaimana boleh tertidur sampai pukul lapan. Ia merasa ada yang sangat menyiksanya. Ia tidak hanya kehilangan solat Tahajjud. namun ia juga kehilangan solat Subuhnya.

Ia beristighfar berulang kali. Belum juga kekejutannya reda. Ia terkejut dengan keadaannya.

"Laa haula wa la quwwata illa billaj! Inna lillah!" Ia berkata setengah teriak. Ia terkejut bagai kejutan elektrik. bagaimana mungkin ia boleh tidur tanpa pakaian. Tidur hanya bertutupkan selimut saja. padahal ia tidur bukan dalam keadaan seperti itu. Ia tidur dengan baju panjang dan seluar panjang. Ia melihat baju panjang dan seluar panjangnya bersepah di lantai. Ia bingung dengan dirinya sendiri. Apakah waktu tidur tadi dia mengigau dan melepaskan pakainnya tanpa sedar. Ia merasa tidak yakin. Sepanjang hidupnya baru kali ini ia bangun tidur dengan keadaan yang menurutnya sangat memalukan.

Ia terus bangkit, mencuci muka dan mengambil air wudhu'. Ia harus segera mengqadha' solat Subuh. Fikirannya benar benar kacau. Hatinya tidak tenang. Ia solat dengan tidak boleh khusyu' sama sekali. Perasaan berdosa kerana solat tidak tepat pada waktunya terus berlegar di fikirannya. Pagi yang bagi sebahagian besar penduduk kota Cairo sangat cerah itu, baginya terasa sangat suram.

Perasaan terkejutnya tidak berhenti sampai di situ. Selesai solat ia ingin menghidupkan laptopnya dan untuk mendengarkan nasyid Raihan dengan winamp, namun ia tersentak dengan adanya sebuah foto di atas laptopnya yang terletak di atas meja. Foto itu adalah foto dirinya dengan seorang perempuan berambut perang dalam keadaan sangat memalukan. Foto yang membuatnya gementar dan didera kecemasan luar biasa, juga rasa geram yang menyala. Sesaat ia bingung harus berbuat apa. Ia sendiri tidak tahu perempuan berambut perang itu siapa? Bagaimana itu semua boleh terjadi? Dan dirinya? apa yang sebenarnya telah dilakukan perempuan itu pada dirinya? Dan apa yang telah dilakukannya dengan perempauan itu?

Serta merta ia ditimpa rasa sedih yang menusuk nusuk jiwa. Air matanya meleleh. Ia merasa telah ternoda. Harga diri dan kehormatannya telah hancur. Ia merasa tidak memiliki apa apa. Ia merasa menjadi manusia paling kotor dan terhina di dunia. Sesaat lamanya ia bingung. Ia didera rasa cemas dan ketakutan yang begitu besar sehingga ia tidak tahu harus berbuat apa? Foto itu ia rasakan bagaikan pedang yang siap memenggal lehernya. Dunia terasa hitam pekat baginya.

Ia berusaha mengendalikan dirinya. Ia meyakinkan dirinya bahawa ia adalah seorang lelaki. Ya. Seorang lelaki sejati tepatnya. Seorang yang berani menghadapi masalah yang ada di hadapannya. Ia adalah Mantan Ketua PPMI yang disegani. Ia harus boleh menguasai diri. Harus boleh bertindak tepat, cepat dengan akal yang sihat. Ia amati foto itu sekali lagi. Ia membalikkan. Ia menagkap sesuatu. Sebuah pesanan ringkas :

Please read "myoptions.doc" in ur notebook!

Furqan terus menyalakan laptopnya dan mencari fail yang berjudul myoptions.doc. Lalu ketemu. Ia buka. Sebuah pesanan dengan bahasa Arab muncul di layar laptopnya.

Tuan Furqan, setelah bangun dari tidur anda pasti terkejut dengan keadaanmu dan dengan apa yang kau temukan. Saya sudah tahu siapa anda. Tidak usah berbelit belit. Kita terus ke inti masalah. Ini murni masalah bisnes. Bisnes kecil kecilan antara Tuan dan saya. saya sudah mempunyai foto foto "menarik" dengan Tuan. Jika Tuan ingin foto foto ini tidak jadi bahan perbincangan umum, maka sebaiknya Tuan melakukan dua hal ini :

Pertama, jangan lapor kepada polis.

Kedua, silakan transfer wang sebanyak 200,000 USD ke nombor akaun ini : 68978967605323 Banca Commerciale Italiana Roma (Jangan dupa dicatat, sebab sebaik fail ini Tuan tutup, fail ini akan terus musnah). Saya beri tempoh waktu 2 x 24 jam untuk mentrasfer.

Ketiga, setelah wang masuk akaun saya, maka saya akan kirim seluruh filem negatif dari foto foto tersebut dan saya jamin tidak ada yang saya simpan.

Terima kasih atas kerjasamanya.

Miss Italiana.

Furqan terpaku di depan layar laptopnya. Ia ditekan. Ia mahu diperas ugut. Ia tidak percaya ini akan terjadi padanya. Ini berlaku seperti di filem filem yang pernah ia tonton. Siapakab Miss Italiana itu? Tiba tiba ia teringat Sarah. Apakah ini semua ada hubungannya dengan undangan Sarah? Juga kekecewaan Sarah? Siapakah Sarah sebenarnya? Benarkah ia puteri Prof. Sa'duddin seperti yang diakuinya? Akal sihatnya mulai berjalan. Namun ia tetap dicengkam kecemasan dan ketakutan. Ia seperti diseret masuk ke dalam dunia yang kelam.

Tejemahan Corner :

1. Mustasyfa - Hospital


0 comments:

Post a Comment