Pagi hari, selesai solat Dhuha, Zahid berjalan ke arah pinggir kota. Tujuannya jelas iaitu rumah Afirah. Hatinya mantap untuk melamarnya. Di sana ia disambut dengan baik oleh kedua orang tua Afirah. Mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota. Afirah keluar sekejap untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai, ia mendengar dengan teliti pembicaraan Zahid dengan ayahnya. Zahid mengutarakan maksud kedatangannya, iaitu melamar Afirah.
Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang. Sementara Afirah menanti dengan saksama jawapan ayahnya. Keheningan mencengkam sesaat lamanya. Zahid menundukkan kepala, ia pasrah dengan jawapan yang akan diterimanya. Lalu terdengarlah jawapan ayah Afirah:
"Anakku Zahid, kau datang terlambat. Maafkan aku, Afirah sudah dilamar oleh Abu Yasir untuk puteranya Yasir beberapa hari lalu, dan aku telah menerimanya."
Zahid hanya mampu menganggukkan kepala. Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarinya. Ia tidak boleh menyembunyikan hirisan kepedihan hatinya. Ia mohon diri dengan mata berkaca kaca. Sementara Afirah, lebih tragis keadaannya. jantungnya nyaris pecah mendengarnya. Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pengsan saat itu juga.
inilah dikata orang dugaan cinta... tapi klu takut dilambung ombak... jgn berumah di tepi pantai
pun samalah gak dgn jgn bermain api... guna je electricity... heheheee
Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang. Sementara Afirah menanti dengan saksama jawapan ayahnya. Keheningan mencengkam sesaat lamanya. Zahid menundukkan kepala, ia pasrah dengan jawapan yang akan diterimanya. Lalu terdengarlah jawapan ayah Afirah:
"Anakku Zahid, kau datang terlambat. Maafkan aku, Afirah sudah dilamar oleh Abu Yasir untuk puteranya Yasir beberapa hari lalu, dan aku telah menerimanya."
Zahid hanya mampu menganggukkan kepala. Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarinya. Ia tidak boleh menyembunyikan hirisan kepedihan hatinya. Ia mohon diri dengan mata berkaca kaca. Sementara Afirah, lebih tragis keadaannya. jantungnya nyaris pecah mendengarnya. Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pengsan saat itu juga.
inilah dikata orang dugaan cinta... tapi klu takut dilambung ombak... jgn berumah di tepi pantai
pun samalah gak dgn jgn bermain api... guna je electricity... heheheee
0 comments:
Post a Comment