Wednesday, October 21, 2009

Di Atas Sajadah Cinta (4)



mari kita hayati gelora jiwa teruna dara seterusnya...

Saat malam datang membentangkan jubah hitamnya, kota Kufah kembali diterangi sinar rembulan. Angin sejuk dari utara similir mengalir.

Afirah terpekur di kamarnya. Matanya berkaca kaca. Hatinya basah. Fikirannya bingung. Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian pagi tadi di kebun kurma, hatinya terasa gundah gulana. Wajah bersih Zahid bagai tidak hilang dari pelupuk matanya. Pandangan matanya yang teduh menunduk membuat hatinya sedemikian terpikat. Pembicaraan orang ramai tentang kesolehan seorang pemuda di tengah kota bernama Zahid semakin membuat hatinya tertawan. Pagi tadi, ia menatap wajahnya dan mendengarkan tutur suaranya. Ia juga menyaksikan kewibawaannya. Tiba tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata :

"Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri saraf. Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya Rabbi, tak aku mungkiri, aku telah jatuh hati pada hambaMu yang bernama Zahid. Dan inilah untuk pertama kalinya aku jatuh cinta. Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya."

Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ia teringat sapu tangan yang ia berikan pada Zahid. Tiba tiba ia tersenyum:

"Ah sapu tanganku ada padanya. Ia juga pasti mencintaiku. Suatu hari ia akan datang kemari."

Hatinya berbunga bunga. Wajah yang tampan bercahaya dan bermata teduh itu hadir di pelupuk matanya.


0 comments:

Post a Comment